JAKARTA - Audit digital telah menjadi pendorong utama dalam transformasi dunia keuangan. Dengan perkembangan teknologi, audit digital membawa peluang besar sekaligus tantangan yang perlu diatasi.


Kaprodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Dr. Meiliyah Ariani, S.E., M .Ak. menjelaskan bila perkembangan teknologi saat ini memengaruhi dunia akuntansi dan para pemilik bisnis, khususnya pemilik bisnis kecil lebih memilih untuk melakukan pencatatan semua transaksi dimana saja mereka berada melalui mobile divice.


"Dengan semua teknologi yang ada, audit digital membawa peluang untuk meningkatkan efisiensi operasional. Penggunaan teknologi otomatisasi dan analisis data memungkinkan auditor untuk secara cepat mengidentifikasi pola, kesalahan, atau anomali dalam data keuangan," jelas Dr. Meiliyah dalam seminar bertajuk ”Peluang dan Tantangan Audit Digital” yang digelar Selasa, (12/12/2023).


Ada beberapa tugas akuntansi yang saat ini makin mudah dilakukan seperti penyusunan laporan keuangan, proses pengolahan invoice, dan auditing.


Dengan menggunakan teknik analisis data yang canggih, auditor pun kini mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang transaksi keuangan. Hal tersebut membuka peluang untuk mendeteksi potensi risiko atau kecurangan dengan lebih efektif.


Otomatisasi proses dalam audit digital pun mengurangi risiko kesalahan manusia, memastikan konsistensi, dan meningkatkan akurasi audit yang pada akhirnya memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan lebih dapat dipercaya.


Bahkan saat ini kita bisa melakukan remote audit yakni audit yang dilakukan sebagian atau seluruhnya di luar lokasi. Audit ini tetap akan mencakup semua area tapi menggunakan data digital yang mendukung penilai saat kunjungan ke lokasi tidak memungkinkan.


Namun di sisi lain, dengan adanya peningkatan dalam penggunaan teknologi, perlindungan data menjadi krusial. Auditor perlu memastikan keamanan informasi keuangan yang diakses dan diolah, mencegah potensi ancaman siber.


Karena itu, Dr. Meiliyah menyarankan agar perusahaan harus memiliki strategi manajemen risiko. Salah satunya adalah kontrol terhadap akses. 


"Misalnya hanya karyawan yang sudah ditunjuk yang memiliki akses untuk mengoreksi kesalahan jurnal atas transaksi keuangan, dan hanya dilakukan pada jam kerja," lugasnya.


"Dan ketika karyawan bersangkutan mengundurkan diri, manajer akuntansi menginformasikan kepada tim TI menghentikan akses karyawan tersebut ke database manapun pada waktu yang telah ditentukan. dapat menghindari kebocoran data dari pihak orang dalam."


"Lakukan juga enkripsi terhadap informasi sensitive untuk mengamankan data-data," pungkasnya.

Related Post